Literasi Guru

Literasi Guru
luka-liku ke profesian guru Ekonomi

Rabu, 10 Oktober 2018

Mengatasi Pelayanan Prima Guru terhadapPartisipasi siswa melalui aplikasi Chat


                                                           

 Oleh. Drs. Iwan Rudi Setiawan, MM
Guru SMA Negeri 1 Batujajar



Tugas  guru adalah memberikan pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh siswa. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan pokok berupa ilmu pengetahuan yang dilakukan melalui proses pembelajaran dan berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Peran  guru masih menjadi tokoh sentral dalam proses pembelajaran di kelas, guru masih menjadi pusat pembelajaran. Keberlangsungan proses pembelajaran di kelas masih sangat tergantung pada sosok guru. Sebagai sosok sentral, guru menjadi figur yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Pada model pembelajaran modern pun guru masih tetap bertugas  untuk mengkoordinir, memfasilitasi, dan mengarahkan proses pembelajaran.  Sebagai sosok yang sangat penting dalam proses pembelajaran, guru diharuskan menguasai kompetensi keguruan. Dari kompetensi-kompetensi yang disyaratkan, intinya guru harus mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada siswa untuk memenuhi kebutuhannya akan pengetahuan. Siswa berhak memperoleh bimbingan dan pelayanan prima dari guru, khususnya layanan dalam kegiatan belajar mengajar.

Disamping harus memberikan pelayanan yang prima terhadap siswa, seorang gurupun dituntut untuk selalu menyerap ilmu-ilmu baik untuk kompetensi pedagogik maupun kompetensi Profesional, yang diselenggarakan baik oleh instansi terkait maupun lembaga yang berhubungan dengan pendidikan. Ditambah dengan diharuskan menghadiri rapat, baik ditingkat sekolah maupun ditingkat yang lebih atas. Belum lagi dengan adanya keperluan pribadi yang sangat mendesak, baik itu mengalami kondisi sakit dirinya, anaknya atau keluarganya, Kesemuanya itu dengan terpaksa harus meninggalkan perannya sebagai pelayan peserta didik.

Keberadaan berbagai masalah tersebut dapat diidentifikasi bahwa penyebab dari kegagalan proses pembelajaran tersebut berasal dari dua faktor, yaitu faktor guru dan faktor siswa. Faktor guru yang tidak memberikan pelayanan terbaik kepada siswa dan faktor siswa yang tidak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Temuan kedua faktor penyebab tersebut membuktikan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini masih memerlukan perbaikan untuk mencapai hasil yang terbaik. Upaya pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan budaya kepada para guru agar menerapkan pelayanan terbaik dalam proses pembelajaran. Upaya kedua dapat dilakukan dengan memotivasi siswa agar berpartisipasi aktif selama proses belajar. Dan ketiga, tentunya guru harus mampu mengikuti perkembangan teknologi.

Kehadiran guru dalam kegiatan pembelajaran tetap dibutuhkan. Kamaruddin Haji Husin sebagaimana dikutip oleh Suparlan (2006, hlm. 38) memaparkan:
Tugas pokok guru yang berperan sebagai pelayan sebagai berikut:
1.    Memberikan layanan pembelajaran yang nyaman dan aman sesuai dengan perbedaan individual siswa.
2.    Menyediakan fasilitas pembelajaran dari sekolah, seperti ruang belajar, meja-kursi, papan tulis, almari, alat peraga, dan papan pengumuman.
3.    Memberikan layanan sumber belajar.

Dampak dari kondisi guru dengan masalah-masalah tersebut adalah materi pembelajaran masih diajarkan dengan menggunakan metode konvensional atau ceramah, yaitu pelajaran dimulai dengan penjelasan guru kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan latihan-latihan mengerjakan soal yang ada di buku. Pada saat penjelasan guru berlangsung, sedikit siswa yang memperhatikan dengan penuh konsentrasi, ada saja tingkah siswa seperti ada yang memperhatikan dengan seksama, diam tanpa arti, coret-coret di buku atau meja, bergurau dengan teman. Ketika diberi kesempatan bertanya, hanya satu dua siswa yang berani bertanya atau bahkan tidak satupun siswa yang berani mengajukan pertanyaan, ketika diajukan pertanyaan kepada siswa, siswapun tidak mampu menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut dengan benar, sehingga guru langsung saja menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut. Sebagai akhir dari kegiatan belajar mengajar, siswa diberi soal-soal latihan untuk dikerjakan. Hasilnya, setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal habis, masih banyak siswa yang belum menyelesaikan soal-soal tersebut tepat waktu. Bahkan banyak siswa yang tidak berani menemui guru di luar kelas. Akhirnya, mayoritas siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Pembelajaran dengan kondisi tersebut tidak mungkin akan mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan baik, yaitu guru harus dapat melayani kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan.
Untuk membimbing siswa, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan matang, guru harus mampu memilih metode dan media pembelajaran yang tepat agar usahanya membimbing dapat berhasil dan sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum, sehingga siswa mau berpartisipasi aktif dalam belajar agar mencapai prestasi tinggi yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan di sekolah. Karena untuk membina siswa agar berpartisipasi aktif dalam belajar, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan hal-hal baik  yang diharapkan siswa akan mempunyai sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Selain kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran, hal yang perlu mendapat perhatian adalah hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar, karena hal ini merupakan faktor yang turut menentukan. Bagaimanapun baik bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurna metode yang dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang dapat mengganggu proses belajar. Kondisi yang demikian akan menyebabkan siswa tidak memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan atau dengan kata lain siswa memperoleh hasil belajar yang rendah.

Melalui metode pembelajaran yang konvensional, maka hal tersebut jelas bahwa target pembelajaran terhadap peserta didik, akan sering tidak tercapai karena guru harus hadir dalam pembelajaran. Apalagi kepentingan guru dalam jam pelajaran sering terganggu dengan kegiatan di luar sekolah.

Pada abad sekarang ini telah lahir metode pembelajaran dengan cara Blended learning, mengapa hal itu tidak dimaanfaatkan, sebab melalui blended learning tidak mengenal ruang dan waktu untuk belajar.

Mengingat jaman sekarang gawai sudah bukan barang langka, dan didalamnya sudah terdapat aplikasi chat seperti  Whatsapps, Line atau yang lainnya. Mengapa hal ini tidak dimanfaatkan? Memang sulit jika seorang guru tidak merencanakan program pembelajaran dan materi pembelajaran selama satu tahun.

Dengan kita memiliki materi pembelajaran yang telah tersimpan dalam bentuk digital, maka apabila kita berhalangan untuk hadir, kita tinggal buka materi pembelajaran, dan sebaiknya berupa modul yang di dalamnya terdapat materi pembelajaran beserta tugas dan evaluasi yang harus diselesaikan, dan di sharekan ke peserta didik kita.  
Semoga dengan memanfaatkan teknologi chat pelayanan kita terhadap peserta didik bisa prima, dan partisipasi belajar siswa akan tetap meningkat. Dan diakhir semester kita tidak lagi mengeluh materi anu belum di ajarkan.
Semoga.
  
Daftar pustaka
E. Mulyasa (2013) Menjadi Guru Profesional, Bandung, Rosda Karya
Husein, Latifah, S.Pd (2006), Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, yogjakarta, Pustaka Baru press,
Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Surat Kabar
Iwan Rudi Setiawan, Blended learning dan Generasi Milineal, HU Pikiran Rakyat, Forum Pendidikan (4/11/17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teima kasih telah mampir di blog saya

Purnabhakti,Purnakarya, Purnatugas

 Seseorang yang sudah melampaui batas usia kerja akan diberhentikan oleh instansi atau lembaga pemberi kerja. Mengapa harus dibatasi? Secara...