Literasi Guru

Literasi Guru
luka-liku ke profesian guru Ekonomi

Sabtu, 16 Mei 2020

Kumpulan Puisi Covid-19



                         Jejal

(Karya Isi Kerang)


Kau sangat Rodra
Melebihi penjajah negeri ini
Merampas Harsa
Membuat manusia Mala

Tak perlu waktu lama
Kau Adam Karam kan ribuan Jiwa
Memberi banyak nestapa
Menindas kaum tak berdosa

Saban Waktu,
Tak hentinya mengguncang Buana
Memang, Dirimu tentara sang Pencipta
Semoga kehadiran mu tak Selaksa

Maroko, 14 Mei 2020
Isi Kerang


Hening dan yang pening -

 (Karya Viemstora)

Orang-orang gamang
Lalu orang-orang yang di ambang
Mau berlutut, jalanan sepi
Kedai di pojok kota pun gigit jari

Mei dirayakan dengan sembunyi
Aku naik kereta tak juga sampai
Aku mengelak tak jua damai

Ramai-ramai tak lagi lazim
Senang tidak senang harus takzim

Tangan-tangan mengambang tak ada yang menyambut
Lantas yang makan dan yang tidak adalah fakta kusut
Tempat ibadah tutup sampai berdebu
Orang-orang tak lagi singgah,
Moga-moga Tuhan mau paham

Gawai yang beritanya simpang siur
Yang benar dan yang burung
Yang dihadapi tidak hanya virus tapi juga kebodohan

Bumi ini makin resah
Wabah-wabah tak juga sudah
Giliran tangan yang menengadah

Melvin Levina (nama pena: viemstora)




Behind Co Ro Na

Karya Tiara Nabila


Resah, susah.
Lumpuh semua! Gerak terikat.
Hadapi musuh yang bahkan tak nampak
Tangis, sedih, duka
Gusar, muram, mencekam
Manusia dibuat-Nya tak berdaya.

Corona...
Ko¹ buka mata kita
Rontoklah sombong dan congkak
Nasib pun tak terelak
Akuilah! Kita memang tak kuasa.

Menangis miris
Berdoa kami pada Tuhan
Tuk para pejuang garda terdepan
Agar keselamatan bersamanya.

Inilah ujian kemanusiaan, dari Tuhan semesta alam.
Bukti kasih sayang Tuhan
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."²
Corona sebagai pembelajaran
Badai biar reda, kita berusaha
Tetap dirumah saja
Melawan si corona

Note :
1. Ko = Kau
2. Qs. As-sharh 94:6

Tiara Nabila



    Resah Belenggu Semesta

 (Karya REMA)

Kini semesta sedang adikara
membungkam laku angkara
menikam jiwa-jiwa cendala
membelenggu makhluk dunia

Ia hanya kirimkan satu tentara
tak berperawakan gagah perkasa
namun meluas bagai samudera
berterbangan bersama kelabunya mega

Dunia diselimuti besuta jeri
hanya karena sebuah pandemi
semua seakan mati
bagai terkena badi

Riuhnya kota menjadi sunyi
jalanan desa penuh mara
tak ada wajah berseri
yang ada hanya nestapa

Tak ada yang inginkan ini semua
dibuat aksa oleh semesta
dicengkram kuku para reksa
dibui di hunian kita

Kami ingin keluar nikmati udara
tanpa riskan dihantui rasa derita
sayap kami sudah ingin melangkah
namun kami tak punya rasa berakah

yang kami bisa hanya menanti
meski itu tak pasti
menunggu, menunggu, dan menunggu
hingga kami berubah jadi Jatayu

Berterbangan ke luasnya buana
bercengkrama bagai sediakala
tak merasa riskan terhadap apapun
bebas memilih jalan kemanapun

Kini harapan ingin kembali seperti dulu lagi
bebas melangkah tanpa harus diperintah
bagai burung yang melayang tanpa ada rasa jeri
bagai daun jatuh yang tak mengenal kata pepatah


Redy Maulana, Bandung 15 Mei 2020

Yang kelam surut Yang terang Terbit


 (Karya Pok Ame Ame)

Bad tertiup anggainya Tuhan—menyeru berkata "Turunlah ke bumi!"
Bak gelombang air dalam angkuhnya manusia—berteriak berkata "Aku berdiri sendiri!"
Di bawah air bad tepat di bibir mata—mereka datang berseru "Sadarlah manusia!"
Disisih sebagai antah tak merasa salah—dengan sombongnya berkata "Aku manusia!"

Satu kisah tak menyurutkan
Dua kisah tak mengajarkan
Tiga kisah hingga menyadarkan
Manusia denga nyawa ikan

Terkulai tak berdaya—hingga putus asa "Aku teraniaya"
Terkunyah di batu—hingga lihat bulu "Aku layu"
Terpenjara belikat—hingga sendiri terikat "Aku sekarat"
Terjerembap hati—hingga tak sampai "Aku mati"

Yang kelam surut yang terang terbit
Yang acuh tak lagi yang baik merajai
Yang sakit larut yang sembuh bangkit
Yang angkuh pergi yang sadar di sini

Hanya dengan yang tak terlihat kita rehat
Hanya dengan yang tak terlihat kita erat
Hanya dengan yang tak terlihat kita dekat
Hanya dengan yang tak terlihat kita taat

Suatu saat yang panjang tungkai hitam menderu—anggai Tuhan "Hilanglah dari bumi!"
Tak lagi gelombang suaranya dinikmati—orang baik berkata "Berdiri sama tinggi"
Yang tak terlihat mengajarkan hingga menyadarkan—anggai Tuhan "Kembali ihsan"
Tak lagi berpangku tangan berjabat tangan menguatkan—kami berseru "Corona memanusiakan"

Cipatik, 14 Mei 2020


Penjajah Si Penjelajah

(Karya : Malla)


Padika di pagi hari
Melantunkan melodi yang begitu sunyi
Dentuman lesung pertanda terbit tak lama lagi
Seolah relung jiwa bergema menyusuri bumi

Jutaan manusia resah tak terarah
Kabar duka yang melanda dunia
Seketika merenggut nyawa yang tak bersalah

Gugur!
Satu persatu
Meluruh tak teratur

Gundah!
Malapetaka
Seolah membinasakan segala

Saban hari
Kaki ini tak ku ajak lari
Tertahan oleh duri tajam yang kini telah menjadi pandemi

Tuhan,
Segeralah Kau lecutkan anak panah
Agar musnah sudah Si penjajah

Bersabarlah,
Semua kan pasti terselip hikmah


Komalasari.

Suara dI sini

(Salsa Gita Bornifa Then - SMAN 1 Lembang)



Ruh terpatri kembali pada tubuh.
Hembusan nafas terasa memburu
Tuhan ternyata masih beri kesempatan
Untuk terbangun kemudian.
Lantas bagaimana dengan tindakan?
Senyum kali ini, merobek bibir.

Hari-hari terlewati dengan mengunci diri,
Tak ada pertemuan, tiada perjamuan.
Tapi ada bahagia di pojokan hati,
Diam-diam, ia berusaha mengambil alih
Keseluruhannya, dari hati.
Senyum hari ini, merobek bibir.

Di luar, jalanan sepi.
Hanya gemuruh kendaraan,
Atau kicauan berita yang tak karuan.
Orang-orang ikut mengunci diri juga.
Tidak menarik lagi membahas penyakit,
Orang-orang sibuk menjadi penyair,
Membahas syair, musik, nyanyian,
Lalu hal-hal yang tak begitu penting.

Aku terkekeh geli melihatnya.
Kadang aku ikut-ikutan hal itu,
Mungkin dipaksa atau terpaksa.
Tawaku meledak tak kendali kemudian.
Bibirku robek oleh tawa kali ini.

Kini seluruh rumah peribadatan sepi.
Tak ada yang berani lagi,
Mungkin cukup manusiawi.
Tuhan mungkin mengerti,
Bahwasanya manusia hendaknya berdiam
Atau berdoa dalam heningnya
Sambil mengingat Tuhannya.

Aku terkekeh lagi,
Kali ini hatiku tergelitik.
Betapa lucunya manusia yang berdoa
Tapi tujuan mereka untuk dunia.

Senyum dan tawa berhasil merobek bibirku yang kian menipis dalam menyebut nama-Mu, Tuhanku.

(Lembang, April 2020)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teima kasih telah mampir di blog saya

Purnabhakti,Purnakarya, Purnatugas

 Seseorang yang sudah melampaui batas usia kerja akan diberhentikan oleh instansi atau lembaga pemberi kerja. Mengapa harus dibatasi? Secara...